Kamis, 28 Juli 2011

Pilih Mana, Kiwi atau Jeruk?

Anda mungkin berpikir jeruk adalah sumber vitamin C tertinggi. Namun, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kandungan vitamin C dalam jeruk kalah dibandingkan kandungan vitamin C dalam kiwi, terutama kiwi kuning (gold).

Setiap 100 gram jeruk hanya mengandung 53,2 mg vitamin C atau hampir 100 persen dari Recommended Dietary Allowance (RDA).

Sedangkan setiap 100 gram kiwi hijau mengandung 92,7 mg vitamin C dan setiap 100 gram kiwi gold mengandung 105,4 mg vitamin C. Artinya, konsumsi 100 gram kiwi memenuhi lebih 150 persen dari dosis minimal yang disarankan setiap hari.

Kiwi diklaim memiliki kandungan vitamin C tertinggi dibandingkan buah lain, seperti jeruk, pepaya, mangga, dan nenas. "Kiwi mengandung vitamin C dua kali lipat dibandingkan jeruk sehingga lebih efektif melindungi tubuh dari oksidasi," kata spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr Fiastuti Witjaksono, MS Sp.GK.

Berdasar Penelitian University of Otago New Zealand yang dipublikasikan di American Journal of Clinical Nutrition, kiwi tak hanya memiliki kandungan vitamin C tertinggi, tapi juga memiliki kemampuan terserap tubuh lima kali lebih tinggi dibandingkan suplemen vitamin C yang larut dalam air.

Penelitian dilakukan lewat percobaan menggunakan tikus putih. Selama sebulan, satu kelompok tikus diberikan buah kiwi Zespri dalam bentuk gel. Sementara satu kelompok lain diberikan suplemen vitamin C yang dilarutkan dalam air. Hasilnya, kelompok tikus yang diberi gel buah kiwi menunjukkan penyerapan vitamin C lebih efektif. Bahkan, vitamin C yang terserap mampu bertahan lebih lama di dalam tubuh.

Merujuk sejumlah penelitian, pakar nutrisi Dr Jonny Bowden tak ragu memasukkan kiwi dalam daftar 150 makanan tersehat di dunia. Ia memublikasikannya lewat buku berjudul 'The 150 Healthiest Foods on Earth'. "Kiwi adalah salah satu makanan penyembuhan yang tak bisa diremehkan," kata Bowden di laman Live Strong.

Vitamin C

Secara umum, vitamin C bermanfaat melindungi tubuh dari dampak negatif yang ditimbulkan oksidasi. Jika pada logam memicu karat, oksidasi pada tubuh manusia akan melepaskan radikal bebas yang dapat memicu kerusakan DNA, protein, lemak, dan pertumbuhan kanker.

Ada banyak hal yang dapat memicu oksidasi, di antaranya asap rokok, asap kendaraan, asap pabrik, pestisida, dan radiasi ultraviolet. Inilah yang menjadi dasar argumen bahwa masyarakat perkotaan dengan tingkat paparan polutan tinggi membutuhkan vitamin C sebagai antioksidan berdosis lebih tinggi.

Dr Fiastuti menyarankan masyarakat yang tinggal di kota-kota besar untuk mengonsumsi setidaknya 100 mg vitamin C per hari demi melawan radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi. Angka ini setara dengan konsumsi dua buah kiwi per hari.

Mengonsumsi buah yang menjadi sumber vitamin C secara teratur memang menjadi cara termudah untuk menjaga kebutuhan vitamin C dalam tubuh. "Kelebihan lain mengonsumsi vitamin C dari buah adalah bisa sekaligus mendapatkan serat serta sumber nutrisi lain seperti asam folat, zinc, magnesium, dan potasium."

Selain antioksidan, vitamin C juga berperan sebagai kofaktor untuk pembentukan kolagen dan berbagai hormon, peningkat sistem kekebalan tubuh, serta mencegah berbagai penyakit. “Seluruh sel dan organ tubuh membutuhkan vitamin C yang tinggi agar bisa berfungsi optimal dan menjaga tubuh dari infeksi dan penyakit,” kata Dr Fiastuti.